Members Login
Username 
 
Password 
    Remember Me  
Post Info TOPIC: 'SELAMAT MENYAMBUT TAHUN BARU 1429H"


Super Member

Status: Offline
Posts: 701
Date:
'SELAMAT MENYAMBUT TAHUN BARU 1429H"


Refleksi Tahun Baru Hijriyah & Fadhilah Puasa 'Asyura

Lagi 7hari kita akan memasuki bulan Muharram tahun 1429 Hijriah. Seakan
tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat, hari berganti hari, pekan, bulan, dan
tahun berlalu silih berganti seiring dengan bergantinya siang dan malam. Bagi
kita, barangkali tahun baru ini tidak seberapa berkesan karena negara kita tidak
menggunakan kalender Hijriah, tetapi Masehi. Dan yang akrab dalam keseharian
kita adalah hitungan kalender Masehi. Tanggal lahir, pernikahan, masuk dan libur
kantor dan sebagainya. Akan tetapi sebagai seorang muslim kita perlu untuk
sejenak menghayati beberapa hal yang terkait dengan penanggalan Islam ini.
Beberapa hal yang seyogyanya kita jadikan renungan itu adalah :

1. Syukur atas Usia yang diberikan Allah
Umur adalah nikmat yang diberikan Allah pada kita, dan jarang kita syukuri.
Betapa banyak orang yang kita kenal, baik teman, sahabat , keluarga, guru, atau
siapa pun yang kita kenal, tahun lalu masih hidup bersama kita. Bergurau,
berkomunikasi, mengajar, menasehati atau melakukan aktifitas hidup sehari-hari,
namun tahun ini dia telah tiada. Dia telah wafat, menghadap Allah Suhanahu wa
ta'ala dengan membawa amal shalehnya dan mempertanggungjawab kan kesalahannya.
Sementara kita saat ini masih diberi Allah kesempatan untuk bertaubat,
memperbaiki kesalahan yang kita perbuat, menambah amal shaleh sebagai bekal
menghadap Allah.
Umur yang kita hitung pada diri kita seringkali kita tetapkan berdasarkan
hitungan kalender Masehi. Dan hitungan atau jumlah usia kita tentu akan lebih
sedikit bila dibandingkan dengan hitungan yang mengacu pada kalender hijriyah.
Sementara, lepas dari masalah ajal yang akan datang menjemput sewakatu-waktu,
terkadang kita menganggap usia kita yang dibanding Rasulullah saw. yang wafat
pada usia 63 tahun, kita merasa masih jauh dari angka itu. Padahal bisa jadi
hitungan umur kita telah lebih banyak dari yang kita tetapkan. Karena itu sangat
tidak layak apabila seseorang yang masih diberi kesehatan, kelapangan rizki dan
kesempatan untuk beramal lalai bersyukur pada Allah dengan mengabaikan
perintah-perintahNy a serta sering melanggar larangan-laranganNy a.

2. Muhasabah (introspeksi diri) dan istighfar.
Ini adalah hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian
bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara
disadari atau tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat
itu hanyalah amal shaleh. Apa yang sudah dilakukan sebagai bentuk amal shaleh?
Sudahkah tilawah al-Qur'an, sedekah dan dzikir kita menghapuskan
kesalahan-kesalahan yang kita lakukan? Malam-malam yang kita lewati, lebih
sering kita gunakan untuk sujud kepada Allah, meneteskan air mata keinsyafan
ataukah lebih banyak untuk begadang menikmati tayangan-tayangan sinetron, film
dan sebagainya dari televisi? Langkah-langkah kaki kita, kemana kita gunakan?
Dan sebagainya. Pertanyaan-pertanya an semacam ini selayaknya menemani hati dan
pikiran seorang muslim yang beriman pada Allah dan Hari Akhir, lebih-lebih dalam
suasana pergantian tahun seperti sekarang ini. Pergantian tahun bukan sekedar
pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah
kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok.
Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18).

Ayat ini memperingatkan kita untuk mengevaluasi perbuatan yang telah kita
lakukan pada masa lalu agar meningkat di masa datang yang pada akhirnya menjadi
bekal kita pada hari kiamat kelak.
Rasulullah saw bersabda : "Orang yang cerdas adalah orang yang menghitung-hitung
amal baik (dan selalu merasa kurang) dan beramal shaleh sebagai persiapan
menghadapi kematian".
Dalam sebuah atsar yang cukup mashur dari Umar bin Khaththab ra beliau berkata :
"Hitunglah amal kalian, sebelum dihitung oleh Allah"
3. Mengenang Hijrah Rasulullah saw
Sebenarnya dalam kitab Tarikh Ibnu Hisyam dinyatakan bahwa keberangkatan hijrah
Rasulullah dari Mekah ke Madinah adalah pada akhir bulan Shafar, dan tiba di
Madinah pada awal bulan Rabiul Awal. Jadi bukan pada tanggal 1 Muharram
sebagaimana anggapan sebagian orang. Sedangkan penetapan Bulan Muharram sebagai
awal bulan dalam kalender Hijriyah adalah hasil musyawarah pada zaman Khalifah
Umar bin Khatthab ra tatkala mencanangkan penanggalan Islam. Pada saat itu ada
yang mengusulkan Rabiul Awal sebagai l bulan ada pula yang mengusulkan bulan
Ramadhan. Namun kesepakatan yang muncul saat itu adalah bulan Muharram, dengan
pertimbangan pada bulan ini telah bulat keputusan Rasulullah saw untuk hijrah
pasca peristiwa Bai'atul Aqabah, dimana terjadi bai'at 75 orang Madinah yang
siap membela dan melindungi Rasulullah SAW, apabila beliau datang ke Madinah.
Dengan adanya bai'at ini Rasulullah pun melakukan persiapan untuk hijrah, dan
baru dapat terealisasi pada bulan Shafar, meski ancaman maut dari orang-orang
Qurais senantiasa mengintai beliau.
Peristiwa hijrah ini seyogyanya kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga
dalam kehidupan kita. Betapapun berat menegakkan agama Allah, tetapi seorang
muslim tidak layak untuk mengundurkan diri untuk berperan didalamnya. Rasulullah
SAW, akan keluar dari rumah sudah ditunggu orang-orang yang ingin membunuhnya.
Begitu selesai melewati mereka, dan harus bersembunyi dahulu di sebuah goa,masih
juga dikejar, namun mereka tidak berhasil dan beliau dapat meneruskan
perjalanan. Namun pengejaran tetap dilakukan, tetapi Allah menyelamatkan beliau
yang ditemani Abu Bakar hingga sampai di Madinah dengan selamat. Allah menolong
hamba yang menolong agamaNya. Perjalanan dari Mekah ke Madinah yang melewati
padang pasir nan tandus dan gersang beliau lakukan demi sebuah perjuangan yang
menuntut sebuah pengorbanan. Namun dibalik kesulitan ada kemudahan. Begitu tiba
di Madianah, dimulailah babak baru perjuangan Islam. Perjuangan demi perjuangan
beliau lakukan. Menyampaikan wahyu Allah, mendidik manusia agar menjadi
masyarakat yang beradab dan terkadang harus menghadapi musuh yang tidak ingin
hadirnya agama baru. Tak jarang beliau turut serta ke medan perang untuk
menyabung nyawa demi tegaknya agama Allah, hingga Islam tegak sebagai agama yang
dianut oleh sebagian besar penduduk dunia saat itu. Lalu sudahkah kita berbuat
untuk agama kita?

4. Kalender Hijriyah adalah Kalender Ibadah kita
Barangkali kita tidak memperhatikan bahwa ibadah yang kita lakukan seringkali
berkait erat dengan penanggalan Hijriyah. Akan tetapi hari yang istimewa bagi
kebanyakan dari kita bukan hari Jum'at, melainkan hari Minggu. Karena kalender
yang kita pakai adalah Kalender Masehi. Dan sekedar mengingatkan, hari Minggu
adalah hari ibadah orang-orang Nasrani. Sementara Rasulullah saw menyatakan
bahwa hari jum'at adalah sayyidul ayyam (hari yang utama diantara hari yang
lain). Demikian pula penetapan hari raya kita, baik Idul Adha maupun Idul Fitri
pun mengacu pada hitungan kalender Hijriyah. Wukuf di Arafah yang merupakan satu
rukun dalam ibadah haji, waktunya pun berpijak pada kalender hijriah. Begitu
pula awal Puasa Ramadhan, puasa ayyamul Bidh ( tanggal 13,14,15 tiap bulan) dan
sebagainya mengacu pada Penanggalan Hijriah. Untuk itu seyogyanya bagi setiap
muslim untuk menambah perhatiannya pada Kalender Islam ini.

5. Beberapa Keutamaan dan Peristiwa di Bulan Muharram
a. Bulan Haram
Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Hijriyah, termasuk
diantara bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum). Sebagaimana firman
Allah Ta'ala :
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan
Allah diwaktu Dia menciptakan lanit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan
haram." (Q.S. at Taubah :36).
Dalam hadis yang dari shahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda :
"Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah
menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya
terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo'dah, Dzul
Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada tsaniah
dan Sya'ban." (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada keempat bulan ini Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam
penafsiran lain adalah larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun bukan
berarti berbuat maksiat dan dosa boleh dilakukan pada bulan-bulan yang lain.
Sebagaimana ayat Al Qur'an yang memerintahkan kita menjaga Shalat Wustha, yang
banyak ahli Tafsir memahami shalat wustha adalah Shalat Ashar. Dalam hal ini,
shalat Ashar mendapat perhatian khusus untuk kita jaga.
Firman Allah : "Peliharalah segala shalat mu, dan peliharalah shalat wustha"
(Q.S. al Baqarah :238) Nama Muharram secara bahasa, berarti diharamkan. Maka
kembali pada permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, hal tersebut bermakna
pengharaman perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah memiliki tekanan khusus
untuk dihindari pada bulan ini.

b. Bulan Allah
Bulan Muharram merupakan suatu bulan yang disebut sebagai "syahrullah" (Bulan
Allah) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadis. Hal ini
bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus karena disandingkan dengan lafdzul
Jalalah (lafadz Allah). Para Ulama menyatakan bahwa penyandingan sesuatu pada
yang lafdzul Jalalah memiliki makna tasyrif (pemuliaan), sebagaimana istilah
baitullah, Rasulullah, Syaifullah dan sebagainya.
Rasulullah bersabda : "Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di
bula Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat
fardhu adalah shalat malam". (H.R. Muslim)
c. Sunnah Berpuasa
Di bulan Muharram ini terdapat sebuah hari yang dikenal dengan istilah Yaumul
'Asyuro, yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini. Asyuro berasal dari kata Asyarah
yang berarti sepuluh.
Pada hari Asyuro ini, terdapat sebuah sunah yang diajarkan Rasulullah saw.
kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah
Ta'ala. Yaitu ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro. Adapun
hadis-hadis yang menjadi dasar ibadah puasa tersebut, diantaranya :

1.Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra, Rasulullah saw, bersabda :
" Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama
setahun sebelumnya." (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Ibnu Abbas ra berkata :
"Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw, berupaya keras untuk puasa pada suatu
hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari as Syura dan bulan
Ramadhan." (H.R. Bukhari dan Muslim)
3. Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi
berpuasa pada hari' Asyura, maka Beliau bertanya : "Hari apa ini?. Mereka
menjawab :"ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan
Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini.
Rasulullah pun bersabda :
"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian"
Maka beliau nerpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa. (H.R. Bukhari
dan Muslim)
4.Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan kaum muslimin
berpuasa, mereka (para shahabat) berkata : "Ya Rasulullah ini adalah hari yang
diagungkan Yahudi dan Nasrani". Maka Rasulullah pun bersabda :"Jika tahun depan
kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan
(tanggal sembilan)." (H.R. Bukhari dan Muslim)
Imam Ahmad dalam musnadnya dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya meriwayatkan
sebuah hadis dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw. bersabda : "Puasalah pada hari
Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari
sebelumnya atau sehari sesudahnya."
Selain hadis-hadis yang menyebutkan tentang puasa di bulan ini, tidak ada ibadah
khusus yang dianjurkan Rasulullah untuk dikerjakan di bulan Muharram ini.

Bagaimana Berpuasa di bulan Asyuro :
Ibnu Qoyyim dalam kitab Zaadul Ma'aad ?berdasarkan riwayat-riwayat yang ada-
menjelaskan :
- Urutan pertama, dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu
puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11)
- Urutan kedua, puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak
hadits
- Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja.
Puasa sebanyak tiga hari (9,10,dan 11) dikuatkan para para ulama dengan dua
alasan sebagai berikut :
1. Sebagai kehati-hatian, yaitu kemungkinan penetapan awal bulannya tidak
tepat,maka puasa tanggal sebelasnya akan dapat memastikan bahwa seseorang
mendapatkan puasa Tasu'a (tanggal 9) dan Asyuro (tanggal 10)
2. Dimasukkan dalam puasa tiga hari pertengahan bulan (Ayyamul bidh).
Adapun puasa tanggal 9 dan 10, dinyatakan jelas dalam hadis pada akhir hidup
beliau sudah merencanakanyang shahih, dimana Rasulullah untuk puasa pada
tanggal 9. hanya saja beliau meninggal sebelum melaksanakannya. Beliau juga
memerintahkan para shahabat untuk berpuasa pada tanggal 9 dan tanggal 10 agar
berbeda dengan ibadah orang-orang Yahudi.
Sedangkan puasa pada tanggal sepuluh saja, sebagian ulama memakruhkannya,
meskipun pendapat ini tidak dikuatkan sebagian ulama yang lain.
Secara umum, hadits-hadis yang terkait dengan puasa Muharram menunjukkan anjuran
Rasulullah saw untuk melakukan puasa,sekalipun itu hukumnya tidak wajib tetapi
sunnah muakkadah, dan tetunya kita berusaha untuk menghidupkan sunnah yang telah
banyak dilalaikan oleh kaum muslimin.

d. Diantara Peristiwa di Bulan Muharram
Pada tanggal 10 Muharram 61H, terjadilah peristiwa yang memilukan dalam di
sebuah tempat cucu Rasulullah sejarah Islam, yaitu terbunuhnya Husein yang
bernama Karbala. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan "Peristiwa Karbala".
Pembunuhan tersebut dilakukan oleh pendukung Khalifah yang sedang berkuasa pada
saat itu yaitu Yazid bin Mu'awiyah, meskipun sebenarnya Khalifah sendiri saat
itu tidak menghendaki pembunuhan tersebut.
Peristiwa tersebut memang sangat tragis dan memilukan bagi siapa saja yang
mengenang atau membaca kisahnya, , dan kita tentu mencintai danapalagi terhadap
orang yang dicintai Rasulullah memuliakannya. Namun musibah apapun yang terjadi
dan betapapun kita sangat , hal itu jangan sampai membawa kita larut
dalammencintai keluarga Rasulullah kesedihan dan melakukan kegiatan-kegiatan
sebagai bentuk duka dengan yangmemukul- mukul diri, menangis apalagi sampai
mencela shahabat Rasulullah tidak termasuk Ahli Bait (keluarga dan keturunan
beliau). Yang mana hal ini biasa dilakukan suatu kelompok syi'ah yang mengaku
memiliki kecintaan yang sangat tinggi terhadap Ahli Bait (Keluarga Rasulullah),
pdahal kenyataanya tidak demikian.

e. Adat Istiadat di Tanah Air
Pada awal Muharram, yang sering dikenal dengan istilah 1 Suro, di tanah air
sering diadakan acara ritual dan adat yang beraneka macam bahkan tidak jarang
mengarah pada kesyirikan, seperti meminta berkah pada benda-benda yang dianggap
keramat dan sakti, membuang sesajian ke laut agar Sang Dewi penjaga laut tidak
marah dan lain sebagainya. Hal-hal semacam ini harus dihindari oleh setiap
muslim dimanapun mereka berada.
telah mengajarkan pada kita agarRasulullah memiliki jati diri sebagai seorang
Muslim dalam kehidupan. Jangan sampai seorang muslim mudah terbawa oleh budaya
atau ritual agama lain dalam menjalankan ibadah pada Allah. Ajaran yang dibawa
Rasulullah telah jelas dan sempurna tidak layak bagi kita untuk menambah atau
menguranginya.
Karena sebaik-baik pedoman adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk beliau, yang tidak ada keselamatan kecuali dengan berpegang kepada
keduanya dengan mengikuti pemahaman para sahabat, tabi'in dan penerus mereka
yang setia berpegang kepada sunnahnya dan meniti jalannya, adapun hal-hal baru
dalam masalah agama adalah sesat sedangkan kesesatan itu akan menghantarkan ke
neraka, wal'iyadzubillah.
Smoga kita selalu diberi taufiq dan dibimbing oleh Allah swt.
Kejalan-Nya yang lurus serta mendapatkan keridhaan dan ampunany-Nya, amin ya
rabbal 'alamin.


__________________
Sayang..Jangan ditanya sebanyak mana pengorbanan yang telah aku lakukan.... Kerana aku sendiri tidak pernah mengiranya... Tetapi, Seandai pengorbanan itu tak dihargai... Perlukah aku berkorban lagi sayang????
Page 1 of 1  sorted by
 
Quick Reply

Please log in to post quick replies.

Tweet this page Post to Digg Post to Del.icio.us


Create your own FREE Forum
Report Abuse
Powered by ActiveBoard